Alam semesta dengan segala isinya sengaja disediakan Tuhan untuk manusia. Bukan untuk dirusak, tetapi untuk didiami, dirawat, dijaga dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebutuhan dan kemajuan manusia. Sehingga alam dalam arti ini dapat dimaknai sebagai anugerah dan sekaligus amanah.
Anugerah, sebab segala sesuatu kebutuhan manusia tersedia di dalamnya. Amanah, berarti alam sengaja dipercayakan hanya kepada manusia, dengan menjaganya berarti juga menjaga kehidupan seluruhnya.
Tetapi karena nafsu manusia menjadi sangat rakus. Sebagai manusia, kita lebih sering merasa "menjadi pemilik" semesta, ketimbang sebagai pemangku amanah. Perasaan demikian sering menjadikan kita lupa wajah sendiri dan bahkan menjadi semacam pembenar atas sikap-sikap dan perbuatan yang bebas dan justru merusak. Padahal taruhannya sangat besar, keseimbangan alam. Ya ! keseimbangan semesta yang hari ini mulai goyah sempoyongan . Iklim tiba-tiba bergerak ekstrem. kemarau panjang, kekeringan, banjir longsor, munculnya penyakit-penyakit baru, pencemaran tanah air dan udara, adalah sedikit dari tanda-tanda mulai runtuhnya keseimbangan yang pernah ada.
Harus diakui, bahwa cara-cara kita hidup selama ini tidak sepenuhnya benar dijalankan. Rasanya terlalu sering peraturan kita langgar. Ini bukan soal kepintaran dan intelektualitas. Ini soal mental, soal moral dan hati. Lihat nenek moyang kita, mereka lebih suka menanam dari pada menebang. Mereka memang menebang, tapi tidak lupa menanam, mereka juga berburu, tapi tidak untuk membunuh.
Kalau begitu, sudah datang saatnya. Hari dimana kesalahan-kesalahan harus diakui. Demi anak cucu dan sederet generasi penerus, kita harus benar membuat janji untuk lebih adil dan bijak memandang diri dan semesta. Bersih memahami entitas sebenarnya, bahwa di dalam semesta dan kehidupan yang kita hayati dan jalani, kita perlu merenungkan kembali bentuk persahabatan antara kita dan alam ini. jangan-jangan selama ini kita sudah terlalu sering menzoliminya, merampas hak-hak dan bahkan merendahkannya.
Akhirnya, kesadaran inilah yang kita perlukan untuk memperbaiki kembali warna persahabatan yang sudah bertambah mengeras dan meruncing. Persahabatan itu ada dalam hati sanubari kita masing-masing, mari temukan kembali dan damaikan.
"Indonesia Go Green"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar